Senin, 13 Agustus 2012

Mulai Sehat, Mampukah Merpati Terbang Tinggi?


Merpati akan memborong 20 pesawat N-212 buatan PT Dirgantara Indonesia. 
VIVAnews - PT Merpati Nusantara Airlines terus berbenah dari keterpurukan. Perusahaan penerbangan pelat merah yang dianggap selalu merugi hingga miliaran rupiah ini berencana menambah armadanya pada tahun ini.

Tak tanggung-tanggung, ditangan bos baru, 20 pesawat baru jenis N-212 ditargetkan akan melengkapi maskapai perintis tersebut.

Padahal sebelumnya, maskapai penerbangan Badan Usaha Milik Negara tersebut membatalkan rencana pembelian 40 unit pesawat Jet 100 seater ARJ 21-700 dari AVIC International Holding yang kontrak pembeliannya ditandatangani pertengahan Februari 2012.

Direktur Utama Merpati, Rudy Seytopurnomo, menuturkan, Merpati akan memborong 20 pesawat N-212 buatan PT Dirgantara Indonesia seharga US$7 juta atau Rp66,03 miliar per unit. Pesawat ini merupakan produk CASA, yang lisensinya dibeli PT DI untuk diproduksi di Indonesia.

Ditargetkan, pesawat berkapasitas penumpang 28 orang itu sudah dapat digunakan pada akhir tahun ini. "Ya, targetnya sih, 4-5 pesawat N-212 (sudah bisa digunakan)," kata Rudy di Jakarta, Kamis 19 Juli 2012.

Untuk pengadaan pesawat itu, dia menuturkan, Merpati akan menerapkan sistem sewa guna usaha atau leasing. "Nantinya, pesawat-pesawat ini akan melayani rute-rute di Kalimantan dan Papua," ujar Rudy.

Mantan Komisaris Utama Merpati, Said Didu, menilai bahwa usaha Merpati mendatangkan pesawat N-212 tersebut akan memberikan sentimen positif ke pendapatan perseroan ke depan. Sebab, pesawat jenis itu memang sangat dibutuhkan saat ini. Terutama, untuk daerah-daerah terpencil yang tidak bisa atau belum dilalui maskapai lain.

"N-212 itu, selain untuk tranportasi semi kargo, bisa untuk rute antarkabupaten antarkota. Kalau MA 60, untuk rute antarkabupaten antarprovinsi. Sedangkan Jet 100 itu untuk antarprovinsi saja," kata dia saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Kamis.

Namun, Said mengaku bahwa hal itu mesti didukung kebijakan pemerintah yang mengatur, hanya Merpati yang menjadi maskapai satu-satunya yang melayani rute di daerah terpencil tersebut. Jika tidak, perusahaan pelat merah itu sepertinya kembali dibayangi kerugian seperti tahun-tahun terakhir ini.

"Jadi, kasih kesempatan dulu pada Merpati. Sebab, kerugiannya yang menggerogoti itu timbul karena perusahaan tidak bisa bersaing dengan maskapai lain yang kantongnya lebih tebal. Padahal, Merpati yang membuka rute tersebut," tegas mantan Sekretaris Menteri Negara BUMN ini.

Tak Lagi Merugi
Rudy mengkalim, penambahan armada di perusahaan yang diawakinya tersebut, selain untuk ekspansi usaha mengembangkan rute-rute perintis, juga menunjukkan bahwa kocek perusahaan mulai membaik. Sebab, dalam sebulan menjabat sebagai Dirut Merpati Nusantara Airlines, ia mengaku perusahaan tidak lagi merugi.

Rudi dilantik sebagai Direktur Utama Merpati pada 14 Mei 2012 lalu, menggantikan Sardjono Jhonny Tjitrokusumo. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Komisaris Utama Merpati.

Pria yang pernah menjabat sebagai Vice President of Corporate Planning Garuda Indonesia pada 1993 itu, sempat menjadi Presiden Direktur Indonesian Airlines, yang tutup dan berhenti operasi pada 2003.

Menurut Rudy, per 15 Juni 2012 lalu, Merpati telah mencapai laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) positif Rp500 juta per hari. "Tadinya negatif Rp1,7 miliar per hari tapi sekarang positif Rp500 juta sehari. Hebat ya," kata dia.

Hal ini, lebih cepat dibandingkan apa yang dijanjikannya pada awal dirnya dilantik. Pada 14 Mei lalu, Rudy berjanji akan membuat maskapai pelat merah tersebut meraih laba dalam enam bulan ke depan tahun ini.

Ternyata, dalam sebulan, ia melakukan berbagai pembenahan internal dari seluruh aspek manajemen airline, yang dimulai dengan pembenahan di proses bisnis utama---yaitu marketing sales, servis, operasi, teknik, yang didukung dengan pembenahan infrastruktur, SDM, budaya perusahaan dan informasi teknologi---hasilnya cukup menggemberikan.

Load factor atau tingkat isian penumpang Merpati rata-rata meningkat dari 60 persen pada awal pembenahan menjadi rata-rata 90 persen saat ini, sehingga membuat EBITDA menjadi positif Rp500 juta per hari.

Menurut Rudy, EBITDA yang positif ini memberikan kontribusi pada kegiatan operasi airline secara berkesinambungan. Biaya operasional sehari-hari Merpati tidak lagi merugi.

Namun, ia mengakui, kendati biaya operasional sehari-hari Merpati tidak lagi merugi, utang lama perseroan yang mencapai lebih dari Rp3 triliun per Oktober 2011 belum bisa dibayar.

Untuk itu, Rudy mengatakan bahwa pihaknya telah bertemu dengan beberapa kreditor seperti Bank Mandiri untuk menunda pembayaran utang menjadi tahun depan dan telah terjadi kesepakatan.

Merpati, lanjut Rudy, saat ini fokus untuk mengembangkan rute-rute akar rumput seperti di kabupaten-kabupaten dan kecamatan di wilayah timur untuk meningkatkan pendapatan Merpati.

"Pesawat Merpati yang beroperasi saat ini sekitar 30 unit, dan ini akan tambah lagi sehingga saya bisa bayar utang semuanya tahun depan. Ditargetkan tahun depan sudah net profit," tuturnya.

Menteri BUMN, Dahlan Iskan, juga meminta maskapai perintis ini untuk terbang ke daerah-daerah terpencil, seperti di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Dahlan menjelaskan, saat ini, satu-satunya maskapai yang terbang ke kabupaten di pegunungan Jayawijaya yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini ini adalah Pelita Air Service.

"Bupati menyampaikan problem ini. Pelita ingin menaikkan tiketnya dari Rp1 juta ke Rp2,5 juta supaya perusahaannya bisa kompetitif," katanya di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, masyarakat kabupaten Bintang menolak kenaikan harga tersebut dan akhirnya membuat Pelita menjadi tidak terbang. Untuk itu, ia meminta agar Merpati terbang ke Kabupaten Bintang, walaupun kondisi keuangan perusahaan masih sulit.

Dahlan mengaku merasa kasihan dengan masyarakat di Kabupaten Bintang, karena jalan darat masih terbatas. "Bupatinya saja mau pergi, ya harus charter pesawat. Tetapi, masyarakatnya kan tidak bisa," katanya.

Dia meminta, salah satu pesawat N-212 yang dibeli Merpati dari PT Dirgantara Indonesia dapat melayani penerbangan menuju kabupaten Bintang karena spesifikasi pesawat cocok dengan landasan pacu di bandara Kabupaten Bintang.

Menanggapi hal tersebut, Rudy mengaku siap untuk menerbangkan Merpati Nusantara Airlines ke Kabupaten Pegunungan Bintang dengan pesawat N-212.

Merpati juga akan menjalin kerja sama dengan pemerintahan kabupaten Pegunungan Bintang untuk membentuk konsorsium.
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/337069-mampukah-merpati-terbang-tinggi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar