Tahun lalu Bell Helicopter menggelindingkan konsep helikopter dengan konfigurasi baru yang disebut HTR (Hybrid Tandem Rotor), sepintas bentuknya seperti pesawat tilt-rotor experimental XV-15 yang pernah dikembangkan Bell. Heli ini dirancang untuk menggantikan sekaligus heli serang AH-64 Apache dan heli angkut serbaguna UH-60 Black Hawk.
Rotor heli ini tidak bisa diputar (kedepan-keatas) bersamaan layaknya XV-15 yang bisa dijungkit hingga 90 derajat. Heli HTR mencoba menerapkan desain baru yang sebelumnya tak terpikirkan oleh para insinyur Bell, yaitu dengan mengangkat sayap hingga 25 derajat saat mendarat atau dalam posisi tinggal landas STOL. Posisi sayap ini memberi keuntungan untuk mengurangi beban saat hovering dan memberikan daya angkat lebih saat tinggal landas. Meski sayap dalam keadaan miring, posisi rotor pada dasarnya tetap rata dan sebagian besar daya angkat dihasilkannya layaknya helikopter konvensional.
Dibanding pesawat tilt-rotor Bell-Boeing V-22 Osprey yang memiliki kecepatan jelajah hingga 550 km/jam, kecepatan Bell HTR (secara teoritis) yang mampu dibesut hingga 400 km/jam memang masih kalah, namun tetap lebih kencang dibanding kecepatan jelajah helikopter konvensional yang rata-rata maksimal hanya 300 km/jam saja.
Secara konsep Bell HTR memang terlihat canggih, namun Bell sendiri tidak ada rencana mewujudkanya dalam bentuk pesawat demonstrator (prototype) kecuali bila Angkatan Darat AS tertarik dan meluncurkan program baru helikopter pengganti AH-64 dan UH-60 dimasa depan, dan Bell telah siap untuk mengembangkan HTR dalam dua varian sekaligus: versi serang dan angkut. [EG-07-2010]
Rotor heli ini tidak bisa diputar (kedepan-keatas) bersamaan layaknya XV-15 yang bisa dijungkit hingga 90 derajat. Heli HTR mencoba menerapkan desain baru yang sebelumnya tak terpikirkan oleh para insinyur Bell, yaitu dengan mengangkat sayap hingga 25 derajat saat mendarat atau dalam posisi tinggal landas STOL. Posisi sayap ini memberi keuntungan untuk mengurangi beban saat hovering dan memberikan daya angkat lebih saat tinggal landas. Meski sayap dalam keadaan miring, posisi rotor pada dasarnya tetap rata dan sebagian besar daya angkat dihasilkannya layaknya helikopter konvensional.
Dibanding pesawat tilt-rotor Bell-Boeing V-22 Osprey yang memiliki kecepatan jelajah hingga 550 km/jam, kecepatan Bell HTR (secara teoritis) yang mampu dibesut hingga 400 km/jam memang masih kalah, namun tetap lebih kencang dibanding kecepatan jelajah helikopter konvensional yang rata-rata maksimal hanya 300 km/jam saja.
Secara konsep Bell HTR memang terlihat canggih, namun Bell sendiri tidak ada rencana mewujudkanya dalam bentuk pesawat demonstrator (prototype) kecuali bila Angkatan Darat AS tertarik dan meluncurkan program baru helikopter pengganti AH-64 dan UH-60 dimasa depan, dan Bell telah siap untuk mengembangkan HTR dalam dua varian sekaligus: versi serang dan angkut. [EG-07-2010]
http://arc.web.id/artikel/71-pesawat-eksperimental/108-bell-htr-konsep-heli-hybrid-pengganti-ah-64-dan-uh-60.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar