Sehubungan dengan pemberitaan VivaNews Siaga Skala 9 Richter ini saya ingin memberikan pendapat pribadi yang tentusaja perlu dilihat sebagai pendapat personal. Ada yang perlu diingat khususnya untuk Jakarta.
Perumahan padat dan rapat harus menjadi sasaran utama untuk mitigasi gempa. Perumahan ini harus lebih didahulukan karena risikonya jauh lebih besar ketimbang bangunan tinggi.
Ancaman gempa di Jakarta hampir selalu gempa yang berhubungan dengan aktifitas gunungapi. Ini sekali lagi dari catatan sejarah. Namun memang perlu diwaspadai patahan-patahan “tidur” yang harus diteliti dan dikaji …secara khusus masing-masing individu patahan-patahan ini.
Pak Surono dari Badan Geologi (Vulkanologi) ngobrol denganku dan bercerita :
“Saya lebih dr 25 thn ngurus gempa vulkanik untungnya, blum ada gempa vulkanik yg lebih besar dr 2 skala Richter. Duuuuh mudah2an, sampai aku pensiun gempa yg terkait aktivitas vulkanik tetap tdk pernah lebih besar dr 2 skala Richer. Bisa dibayangkan orang2 Kediri, Malang, Yogya, Solok dll yg dekat gunung aktif dan sering meletus lapor ke saya “Pak rumah saya hancur krn gempa vulkanik“. Jika itu terjadi, saya hanya bisa jawab “waduuh kok bisa ya“.
Dengan demikian jelas bahwa khwatir itu tidak apa-apa tetapi jangan panik !
Ada beberapa penelitian yang saya baca menyebutkan ancaman terbesar akibat dari goyangan gempa ini bukan pada bangunan atau gedung tinggi tetapi justru perumahan padat. Kalau toh gedung tingginya ada yang runtuh bisa dipastikan perumahannya sudah lebih parah. Ini sangat logis, pertama karena bangunan gedung tinggi rata-rata dibuat secara engineering lebih bagus ketimbang perumahan padat. Juga jumlah penduduk di daerah padat ini sangat tinggi kerapatannya.
Daftar 20 kota yang paling tinggi risiko gempanya menurut GeoHazards International’s study of ‘Cities Vulnerable to Earthquake’ adalah :
Kathmandu, Nepal: 69.000Sebuah studi oleh GeoHazards Internasional memperkirakan gempa berkekuatan 6,0 akan membunuh sekitar 69.000 orang. Di kota ini pertumbuhan penduduk sekitar 1 juta, kabupaten yang paling padat penduduknya di Nepal. Istanbul, Turki: 55.000Sebuah gempa besar akan membunuh 55.000 diperkirakan di kota ini yg penduduknya 10 juta. Kota ini berada di persimpangan lempeng tektonik Eurasia. Gempa tahun 1999 Kocaeli menyebabkan 18.000 mati dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal. Delhi, India: 38.000Hampir 14 juta orang tinggal di Delhi, sebuah kawasan luas lebih dari 500 mil persegi. Sebuah gempa berkekuatan 6,0 di sini diperkirakan akan membunuh 38.000 jiwa. Quito, Ekuador: 15.000Sebuah pukulan gempa berkekuatan 6,0 pada Quito pegunungan yang berpenduduk 1,8 juta orang, akan membunuh diperkirakan 15.000. Sebuah gempa pada 1797 menyebabkan jumlah meninggal sebanyak 40.000. Pada bulan Oktober 2006, gempa 4,1 melanda kota tanpa menyebabkan kerusakan besar. Sebuah ancaman yang lebih besar: gunung berapi. Kota ini dikelilingi oleh gunung api dan satu ancaman besar pada satu gunung aktif . Manila, Filipina: 13.000Dengan 1,6 juta orang berdesakan dalam sekitar 15 mil persegi, Manila merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Sebuah gempa 6,0 di sini akan membunuh sekitar 13.000 orang. Islambad / Rawalpindi, Pakistan: 12.500Sebuah gempa 6,0 di ibukota Pakistan, yang berpenduduk 1 juta orang, diperkirakan akan membunuh 12.500 orang. San Salvador, El Salvador: 11.500Dengan luas 220 mil persegi sebagai Ibu kota negara, berpenduduk sekitar 2,2 juta orang, telah menjadi situs berbagai gempa bumi sepanjang sejarahnya, terakhir pada tahun 2001. Sebuah gempa berkekuatan 6,0 diperkirakan akan membunuh 11.500 jiwa. Mexico City, Meksiko (dengan San Salvador): 11.500Luas kota ini 220-mil sebagai Ibu kota negara, berpenduduk 2,2 juta orang, telah menjadi situs berbagai gempa bumi sepanjang sejarahnya, terakhir pada tahun 2001. Sebuah gempa berkekuatan 6,0 diperkirakan akan membunuh 11.500 jiwa. Izmir, Turki (di dasi dengan San Salvador dan Mexico City): 11.500Kota ini berpenduduk sebesar 3,5 juta orang, terletak di persimpangan lempeng Afrika dan lempeng tektonik Eurasia, adalah kota ketiga-terbesar di negara ini. Sebuah gempa 6,0 di sini akan membunuh 11.500 orang diperkirakan. Jakarta, Indonesia: 11.000Kota ini memiliki populasi sebesar 18.400.000 dan diperkirakan pada tahun 2.025 akan memiliki jumlah penduduk 24.000.000. Sekitar 11.000 orang diperkirakan akan terancam jiwanya jika terkena gempa bumi 6,0 di sini. Tokyo, Jepang: 9000Sejumlah 9.000 orang diperkirakan akan terbunuh jika gempa 6,0 melanda kota yang berpenduduk 8 juta orang ini, Kota ini merupakan kota metropolis yang paling rentan terhadap gempa di Dunia. Gempa besar telah melanda kota beberapa kali: 1703, 1782, 1812, 1855 dan 1923. Bencana 1923, gempa berkekuatan 8,3, menewaskan lebih dari 140.000.- Mumbai, India: 8.000
- Guayaquil, Ekuador: 4.300
- Bandung, Indonesia: 3600
- Santiago, Chili: 2.700
- Tashkent, Uzbekistan: 2.500
- Tijuana, Meksiko: 1.800
- Nagoya, Jepang: 900
- Antofagasta, Chili: 800
- Kobe, Jepang: 300
- Vancouver, Kanada: 100
Penelitian diatas dibuat tahun 2008, menunjukkan dua kota di Indonesia yaitu Bandung dan Jakarta.
Tahun 2004, Brian E. Tucker dari GeoHazards memperingatkan masalah akan menjadi lebih buruk, mengutip sebuah studi dari korban gempa diperkirakan berdasarkan pertumbuhan penduduk dan perubahan konstruksi di India utara. Satu penemuan yang menakutkan antara lain kemungkinan apabila terjadi sebuah gempa berkekuatan 8,3 di Shillong mungkin membunuh 60 kali lebih banyak orang tewas saat gempa ukuran yang sama yang melanda pada tahun 1897, meskipun penduduk wilayah ini meningkat hanya faktor dari sekitar delapan sejak saat itu. Alasan: Pergantian rumah bambu satu lantai dengan struktur beton-frame bertingkat, buruk dibangun, sering di lereng curam, telah membuat populasi yang jauh lebih rentan.
Pengamatan selintas di Jogja dan juga padang terlalu di dominasi oleh runtuhnya gedung BPKP dan STIE (Jogja) dan Hotel (Padang). Namun statistiknya justru memperlihatkan korban banyak yang mengalami musibah ini dirumah atau di lingkungannnya sendiri.
Kalau memang penelitian dan pengamatan diatas itu benar, maka sasaran utama mitigasinya bukan pada pemilik-pemilik gedung. tetapi justru masyarakat awam yang memiliki risiko lebih besar. Lagipula pemilik-pemilik gedung ini sudah akan dengan sendirinya memberikan services ke tenant-tenant (penyewa) ruangan gedungnya. Juga gedung ini dibangun dengan IMB yg relatif lebih memadai ketimbang bangunan rumah tinggal.
Sekali lagi kalau berhubungan dengan pendanaan dan alokasi dana mitigasi, saya lebih cenderung mengutamakan perbaikan atau penjelasan ke rumah milik masyarakat awam didaerah yang paling padat.
Salam waspada !
http://rovicky.wordpress.com/2010/07/26/gempa-jakarta-siapa-yang-paling-terancam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar