Infrastruktur jalan acapkali dituding sebagai hambatan tapi dengan jalan tol akses ke berbagai kawasan industri diharapkan kian mudah
Kami sedang berjuang. Begitu ucap Awang Faroek, Gubernur Kalimantan Timur, mengawali bincang-bincang ini di kantornya, dua pekan lalu. "Perjuangan kami adalah bagaimana membangun dan mencapai Kaltim Bangkit 2013. Sesuai rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menengah," ucapnya lagi.
Dalam rangka pembangunan itu. Kaltim tentunya harus mengandalkan keunggulan komparatif yang dimiliki. Modal tersebut tak lain adalah sumber daya alam yang besar, disamping sumber daya manusia yang juga harus diberi kesempatan dalam pembangunan itu. "Bagaimana bisa memanfaatkan peluang-peluang itu dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, itu masalahnya," kata Awang. Sumber daya alam Kaltim sangat strategis. Ada minyak dan gas bumi, juga barubara.
"Jadi, keunggulan komparatif itu terletak pada kekayaan sumber daya alam, dan seberapa jauh kemampuan untuk mengelolanya," ia menambahkan. Migas misalnya, baik secara nasional maupun regional, sangat diandalkan dan punya peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
"Di Kaltim, untuk minyak saja kita punya cadangan 24,96 BSCF [Barrel Stock Cubic Feet). Jumlah yang setara dengan 24,3 persen cadangan nasional. Bayangkan," ujar Awang. Untuk gas, cadangannya mencapai 765,75 MMSTB [Million Metric Stock Tank Barrels). Belum lagi batubara, memiliki cadangan 25,3 Plus Million Metric Tons, yang setiap tahunnya tidak kurang 920 Million Tons dihasilkan oleh Kaltim. Selain itu, masih terpendam CBM [Coal Bed Methane) yang cadangannya 108,3 TSCF atau sekitar 23,5 persen cadangan nasional. Presiden SBY pun menetapkan Kaltim sebagai kluster industri yang berbasiskan gas dan kondensat, yang berlokasi di Bontang.
Salah satu tantangan dan hambatan yang dihadapi adalahtingkat kesulitannya kini lebih tinggi, karena letaknya lebih banyak di lepas pantai dan kawasan terpencil. Apalagi, banyak yang berlokasi di kawasan budidaya kehutanan, juga pesisir, yang di dalamnya bisa berbenturan dengan kegiatan masyarakat setempat. Atau, munculnya kesenjangan sosial di sekitar kegiatan hulu migas ini. "Ironis, karena masyarakat sekitar tidak menikmati," ucap Awang. Meski terjadi pertumbuhan yang tinggi, tetapi pembangunan tidak merata.
Oleh sebab itu, ia mengatakan, yang kami tuntut secara konstitusional. Kalau pun ada keinginan masyarakat melalui LSM atau Judicial Review, itu wajar-wajar saja. Yang pasti, tanpa kekerasan. "Kami tidak mau seperti itu," ucapnya tegas. Kenyataan lain, sulitnya akses yang acapkali dituding menjadi biang keladi melambungnya harga-harga, yang kian memberatkan kehidupan masyarakat khususnya di pelosok, diakui, tak bisa lepas dah kondisi infrastruktur yang belum memadai. Jalan misalnya, ada yang merupakan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, yang sumber dananya berbeda-beda.
Jalan nasional yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat memang dananya tidak sebesar yang diharapkan. Jadi masih banyak yang belum tertangani dengan baik. Kaltim sendiri sedang memprioritaskansemua jalan rusak untuk diperbaiki. Begitu pula dengan rencana pembangunan jalan tol. "Bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk memacu lebih cepat pembangunan ekonomi Kaltim. Mengingat lebih dari 2/3 penduduk Kaltim tinggal di wilayah-wilayah sekitar itu," kata Awang. Dengan jalan tol yang akan menghubungkan Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sangatta, dan Maloy, diharapkan, untuk mencapai kawasan industri akan lebih mudah dan cepat. Jika pertumbuhan ekonomi kian meningkat, masyarakat akan ikut merasakan dampaknya. MIRA I AKASAII (SAMARINDA)
Kami sedang berjuang. Begitu ucap Awang Faroek, Gubernur Kalimantan Timur, mengawali bincang-bincang ini di kantornya, dua pekan lalu. "Perjuangan kami adalah bagaimana membangun dan mencapai Kaltim Bangkit 2013. Sesuai rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menengah," ucapnya lagi.
Dalam rangka pembangunan itu. Kaltim tentunya harus mengandalkan keunggulan komparatif yang dimiliki. Modal tersebut tak lain adalah sumber daya alam yang besar, disamping sumber daya manusia yang juga harus diberi kesempatan dalam pembangunan itu. "Bagaimana bisa memanfaatkan peluang-peluang itu dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, itu masalahnya," kata Awang. Sumber daya alam Kaltim sangat strategis. Ada minyak dan gas bumi, juga barubara.
"Jadi, keunggulan komparatif itu terletak pada kekayaan sumber daya alam, dan seberapa jauh kemampuan untuk mengelolanya," ia menambahkan. Migas misalnya, baik secara nasional maupun regional, sangat diandalkan dan punya peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
"Di Kaltim, untuk minyak saja kita punya cadangan 24,96 BSCF [Barrel Stock Cubic Feet). Jumlah yang setara dengan 24,3 persen cadangan nasional. Bayangkan," ujar Awang. Untuk gas, cadangannya mencapai 765,75 MMSTB [Million Metric Stock Tank Barrels). Belum lagi batubara, memiliki cadangan 25,3 Plus Million Metric Tons, yang setiap tahunnya tidak kurang 920 Million Tons dihasilkan oleh Kaltim. Selain itu, masih terpendam CBM [Coal Bed Methane) yang cadangannya 108,3 TSCF atau sekitar 23,5 persen cadangan nasional. Presiden SBY pun menetapkan Kaltim sebagai kluster industri yang berbasiskan gas dan kondensat, yang berlokasi di Bontang.
Salah satu tantangan dan hambatan yang dihadapi adalahtingkat kesulitannya kini lebih tinggi, karena letaknya lebih banyak di lepas pantai dan kawasan terpencil. Apalagi, banyak yang berlokasi di kawasan budidaya kehutanan, juga pesisir, yang di dalamnya bisa berbenturan dengan kegiatan masyarakat setempat. Atau, munculnya kesenjangan sosial di sekitar kegiatan hulu migas ini. "Ironis, karena masyarakat sekitar tidak menikmati," ucap Awang. Meski terjadi pertumbuhan yang tinggi, tetapi pembangunan tidak merata.
Oleh sebab itu, ia mengatakan, yang kami tuntut secara konstitusional. Kalau pun ada keinginan masyarakat melalui LSM atau Judicial Review, itu wajar-wajar saja. Yang pasti, tanpa kekerasan. "Kami tidak mau seperti itu," ucapnya tegas. Kenyataan lain, sulitnya akses yang acapkali dituding menjadi biang keladi melambungnya harga-harga, yang kian memberatkan kehidupan masyarakat khususnya di pelosok, diakui, tak bisa lepas dah kondisi infrastruktur yang belum memadai. Jalan misalnya, ada yang merupakan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, yang sumber dananya berbeda-beda.
Jalan nasional yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat memang dananya tidak sebesar yang diharapkan. Jadi masih banyak yang belum tertangani dengan baik. Kaltim sendiri sedang memprioritaskansemua jalan rusak untuk diperbaiki. Begitu pula dengan rencana pembangunan jalan tol. "Bukan untuk gagah-gagahan, tapi untuk memacu lebih cepat pembangunan ekonomi Kaltim. Mengingat lebih dari 2/3 penduduk Kaltim tinggal di wilayah-wilayah sekitar itu," kata Awang. Dengan jalan tol yang akan menghubungkan Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sangatta, dan Maloy, diharapkan, untuk mencapai kawasan industri akan lebih mudah dan cepat. Jika pertumbuhan ekonomi kian meningkat, masyarakat akan ikut merasakan dampaknya. MIRA I AKASAII (SAMARINDA)
http://bataviase.co.id/node/646555
Baca juga artikel tentang Kalimantan Timur pada link dibawan ini :
http://campurb.blogspot.com/2011/04/konsesi-kalimantan.html
http://campurb.blogspot.com/2011/04/selamatkan-kalimantan-dari-mautnya.html
http://campurb.blogspot.com/2011/04/kaltim-lebih-makmur-dari-jakarta.html
http://campurb.blogspot.com/2011/04/samarinda-and-balikpapan-in-flash.html
http://campurb.blogspot.com/2011/04/mencicipi-jajanan-malam-di-kota.html
http://campurb.blogspot.com/2011/04/reuni-akbar-alumni-kpmkt.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar