Beberapa hari lalu sebuah pub terkenal di Surabaya terbakar. Namanya RedboXX, berlokasi di Pakuwon Trade Centre, mall paling elit di Surabaya. Kejadian Jumat dinihari lalu itu menyisakan tragedi. Sebelas pengunjung dan pegawai tempat dugem itu tewas terpanggang. Bahkan ada korban wanita yang sedang hamil tua. Ia meninggal bersama janinnya yang ikut ‘terlahir’.
Peristiwa itu membuat saya sedikit tercengang. Tak lain karena saya pernah berada di pub itu sekitar dua tahun lalu. Jadi, saya bisa membayangkan bagaimana suasana riuh-rendah penikmat dunia malam dan hingar-bingar dentuman musik di bawah temaram lampu, yang kemudian sekonyong-konyong berubah menjadi kepanikan dan ketakutan. Canda dan tawa pun berganti pekik dan histeris pilu.
Nyawa harus melayang di tempat yang menurut saya sudah masuk kategori ‘lampu merah’ itu. Sungguh, itu bukan cara yang ‘semestinya’ untuk mati. Apa yang harus dikatakan di depan Sang Pencipta kelak di Hari Perhitungan?
Diskotek dan pub adalah tempat yang paling saya hindari sejak dahulu. Saya tahu, mudharat banyak di sana, bahkan sejak kita menjejakkan kaki di depan pintu masuknya.That’s why, saya merasa tidak nyaman berada di RedboXX kala itu. Saya harus berada di sana untuk menemani istri saya menghadiri acara yang diselenggarakan oleh kantor tempat istri saya bekerja.
Sejatinya, situasinya tidak benar-benar seperti pub, karena tempat itu di-bookingkhusus untuk acara kantor itu. Sehingga, lebih tepat disebut gathering internal. Namun, yang namanya pub, ya tetap pub. Meski no drugs dan no alcohol, yang namanya sexy dancers tetap ada. Lelaki normal manapun pasti suka melihat suguhan itu, termasuk saya :D Tapi, bagi saya, lebih baik tidak mendekati yang begituan daripada nanti berefek yang tidak-tidak. Saya pun cuma bisa komplain ke istri saya, “Kenapa sih acaranya harus di sini?”
Seumur-umur, dua kali saya masuk pub. Selain RedboXX, saya pernah menginjakkan kaki di Club Deluxe, kelab malam yang berlokasi di kawasan Siola, Tunjungan. Itu pun untuk bekerja, bukan dugem. Sebagai wartawan, saya dituntut siap bekerja kapan saja, termasuk tengah malam. Nah, saat saya hendak pulang karena merasa kurang enak badan, redaktur menugasi saya mencari berita tentang artis Sophia Latjuba yang sedang manggung di Club Deluxe. Bersama rekan fotografer, saya berangkat menembus udara malam dan disambung dengan lingkungan malam di tempat dugem. Esoknya, saya harus menginap di rumah sakit selama dua minggu karena ternyata saya terkena demam berdarah :D
Ya, rasanya sudah cukup banyak alasan bagi saya untuk tidak menerjuni dunia gemerlap malam. Bagaimanapun, sharing ini khusus tentang diri saya. Menggemari dugem tetap merupakan hak setiap orang. Sekali lagi, ini cuma sharing :)
http://www.sectoredwin.net
Peristiwa itu membuat saya sedikit tercengang. Tak lain karena saya pernah berada di pub itu sekitar dua tahun lalu. Jadi, saya bisa membayangkan bagaimana suasana riuh-rendah penikmat dunia malam dan hingar-bingar dentuman musik di bawah temaram lampu, yang kemudian sekonyong-konyong berubah menjadi kepanikan dan ketakutan. Canda dan tawa pun berganti pekik dan histeris pilu.
Nyawa harus melayang di tempat yang menurut saya sudah masuk kategori ‘lampu merah’ itu. Sungguh, itu bukan cara yang ‘semestinya’ untuk mati. Apa yang harus dikatakan di depan Sang Pencipta kelak di Hari Perhitungan?
Diskotek dan pub adalah tempat yang paling saya hindari sejak dahulu. Saya tahu, mudharat banyak di sana, bahkan sejak kita menjejakkan kaki di depan pintu masuknya.That’s why, saya merasa tidak nyaman berada di RedboXX kala itu. Saya harus berada di sana untuk menemani istri saya menghadiri acara yang diselenggarakan oleh kantor tempat istri saya bekerja.
Sejatinya, situasinya tidak benar-benar seperti pub, karena tempat itu di-bookingkhusus untuk acara kantor itu. Sehingga, lebih tepat disebut gathering internal. Namun, yang namanya pub, ya tetap pub. Meski no drugs dan no alcohol, yang namanya sexy dancers tetap ada. Lelaki normal manapun pasti suka melihat suguhan itu, termasuk saya :D Tapi, bagi saya, lebih baik tidak mendekati yang begituan daripada nanti berefek yang tidak-tidak. Saya pun cuma bisa komplain ke istri saya, “Kenapa sih acaranya harus di sini?”
Seumur-umur, dua kali saya masuk pub. Selain RedboXX, saya pernah menginjakkan kaki di Club Deluxe, kelab malam yang berlokasi di kawasan Siola, Tunjungan. Itu pun untuk bekerja, bukan dugem. Sebagai wartawan, saya dituntut siap bekerja kapan saja, termasuk tengah malam. Nah, saat saya hendak pulang karena merasa kurang enak badan, redaktur menugasi saya mencari berita tentang artis Sophia Latjuba yang sedang manggung di Club Deluxe. Bersama rekan fotografer, saya berangkat menembus udara malam dan disambung dengan lingkungan malam di tempat dugem. Esoknya, saya harus menginap di rumah sakit selama dua minggu karena ternyata saya terkena demam berdarah :D
Ya, rasanya sudah cukup banyak alasan bagi saya untuk tidak menerjuni dunia gemerlap malam. Bagaimanapun, sharing ini khusus tentang diri saya. Menggemari dugem tetap merupakan hak setiap orang. Sekali lagi, ini cuma sharing :)
http://www.sectoredwin.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar