Jumat, 15 April 2011
Melinda Dee, Asooiii!
Aku yang sedang berihat di atas gunung, tiba-tiba mendengar kegemparan di lereng gunung. Ya..., aku langsung tersentak.
Tiba-tiba, muncul nama Melinda Dee alias Malinda Dee alias Inong. Ah... peduli amat. Biar namanya dijuluki "monyong", ternyata dari foto-fotonya ia memang cantik menawan, seksi, dan menggairahkan (sensual). Biar diejek bahwa itu hasil operasi plastik di Jepang, tetap saja Melinda tampil menarik.
Sudah lumrah, wajah permakan nampak sama atau mirip dengan wajah orang lain yang dipermak juga. Tetapi, banyak yang kurang mujur sehingga malah jadi amburadul.
Harus diakui, buat Melinda, operasinya tergolong sukses besar. Barangkali itu ditopang oleh raut wajah aslinya (ketika masih SMA) yang tergolong lumayan meski tidak cantik. Postur tubuh dan bukit kembarnya pun menunjang sehingga memudahkan dokter bedah plastik merekontruksinya.
Ditambah lagi, Melinda pandai bergaya atau acting sehingga photo-photo-nya "catching" dan tampak menonjol kala berpotret bersama orang lain. Singkatnya, punya "catching personality" yaitu gabungan attractive, fascinating, captivating, alluring, tempting, dan seductive.
Melinda pintar mengolah dalam memamerkan daya tarik tubuh dan wajahnya. Kepribadian dan auranya pun kuat sehingga mampu "menghanyutkan" atasan, bawahan, dan nasabahnya. Terbukti, dia bisa bertahan 22 tahun bekerja di bank asing, punya kedudukan menengah bergaji Rp. 40 juta sebulan (ada yang bilang Rp. 70 juta) plus bonus tahunan berkisar Rp. 250 juta setahun.
Buat seorang perempuan yang berasal dari Aceh, duit segitu semestinya sudah lebih dari cukup biar menurut standar Jakarta sekalipun.
Siapa nyana si Inong yang hijrah dari kota di daerah nun jauh di ujung utara Sumatera ke ibu kota Jakarta yang serba gemerlap, menjadi punya obsesi menjadi celebrity international. Mobilnya pun tidak sekedar asal bisa jalan melainkan harus flashy cars yang harga per buah milyaran rupiah. Itupun tidak cukup satu saja. Perlu sedikitnya empat mobil super mewah. Mobil itu tidak bisa dianggap sebagai investasi karena harganya cenderung menurun dan tidak menghasilkan income.
Bahwasanya Melinda berhobi koleksi properti juga, itu bisa "dimengerti dan dibenarkan" apalagi lokasinya dikawasan elite seperti Bintaro, Menteng, Kelapa Gading, SCBD, dan Sydney. Properti di kawasan bagus dalam jangka panjang selalu naik (ada capital gain) dan bisa pula mendapat income dari hasil menyewakan/mengkontrakkan.
Kalau melihat deretan hartanya, sepertinya lebih dari 17 milyar lebih dari jumlah yang dituduhkan ditilap olehnya dari rekening nasabah Citibank. Ada yang menduga hartanya berkisar ratusan milyar. Kalau begitu, darimana datangnya duit?
Sebagaimana diketahui, para deposan kakap (nasabah Citibank Jakarta yang memiliki simpanan Rp 500 juta ke atas) biasa dilayani oleh Personal Citibanker. Mereka dilayani di ruangan khusus. Bandingkan dengan nasabah teri yang harus antri di loket depan.
Service-nya person to person. Enggak kedengaran pembicaraannya dan enggak kelihatan duitnya. Ini dilakukanb-bank lain juga di negara manapun, tidak hanya Citibank. Obrolannya pun santai-santai saja, terkadang menyerempet soal personal. Nah, petugas yang cerdik jeli dan berpenampilan aduhai pasti melihat peluang emas di lingkungan nasabah.
Nasabah kelas begini kayaknya uangnya bertambah terus (entah darimana asalnya, untung besar, dapat lotere, korupsi, bisnis “sepanyol" alias separuh nyolong, hibah, warisan dll). Jadi, mereka terkadang teledor, jarang memeriksa statement secara teliti. Yang reseh, cerewet dan teliti, kan nasabah teri atau rekening perusahaan/bisnis dimana ada akuntan/auditornya.
Buat nasabah kakap (perorangan) duitnya di-comot "sedikit-sedikit" (aku beri tanda kutip) tak berasa. Kalaupun tahu mereka "cincai-kan" saja. Ngapain repot-repot complaint ke atasan apalagi ke polisi.
Tak kutahu usia rata-rata nasabahnya. Tetapi dugaanku yang punya duit banyak umumnya nasabah yang sudah berumur diatas 40 tahun, bahkan usia uzur. Klop dengan usia Melinda yang 47 tahun!
Bagi lelaki yang sudah jauh lebih tua dari Melinda, ibaratnya usia 47 tahun itu bagai durian atau buah mangga yang sedang ranum-ranumnya. Main-main dengan yang gadis ABG berisiko dituduh paedophilie kayak uztad yang berniat mengawini gadis miskin di bawah umur. Lagipula, apa enaknya main dengan gadis bau kencur?
Jangankan buat lelaki tua yang masih getol, buat yang sudah loyopun rasanya melayang-layang dibuai perempuan matang, seksi, molek, berpengalaman dan mahir merayu gombal. Mereka royal memberikan tips dan hadiah (jutaan bahkan milyar rupiah, sih enteng. Orang kaya Indonesia itu punya duit luar biasa banyaknya).
Yang menenangkan, "main" dengan wanita yang telah berusia 47 tahun adalah tidak bakal direpotkan akan adanya bayi yang jadi modal untuk menuntut ini itu. Mantan Mensesneg Moerdiono dirong-rong untuk mengakui anak laki-laki penyanyi dangdut Machica Mochtar yang dinikahi siri pada tahun 1993 ketika Machica berusia 23 tahun.
Sepertinya, Melinda bukan tipe wanita yang minta dikawin. Dia tipe yang enak digandeng jalan-jalan keluar negeri, diajak ke resepsi kalangan atas. Ibarat escort lady. Itulah sebabnya, aku menambahkan kata "asoi" pada judul artikel ini. "Asoi" sekitar 20 tahun yang lalu merupakan istilah populer di Indonesia yang artinya "enak" atau "nikmat".
Jadi, Melinda sebetulnya dapat dengan mudah memperoleh "pemberian sukarela" dari para nasabah, tanpa perlu menggelapkan atau mencuri uang mereka. Tak tahu mengapa akhir-akhir ini dia nekat menilap rekening nasabah yang sebenarnya "jinak" dan "manut".
Saat ini, Melinda belum diadili. Jadi, tidak fair jika kita ikut menuduh dia menipu atau menilap duit nasabah. Siapa tahu nasabahnya sukarela menghadiahkan atau menghibahkan.
Apakah setelah terbongkar ulahnya, Melinda bakal rudin dan terpuruk? Belum tentu! Bisa-bisa, dia malah kian berkibar!
Setidaknya, sebagai perempuan, dia tidak memelas seperti Teh Ninih yang "dicampakkan" setelah melahirkan tujuh anak, kehilangan nafkah batin, dan materi (tidak leluasa pegang duit). Kalau Zarima Mirafsur, sang ratu ekstasi yang sekeluarnya dari bui dinikahi ex-pengacaranya bahkan belakangan ikut mencalonkan diri jadi pejabat. Wah! Wah!
Dibandingkan dengan Selly Yustiawati yang tertangkap menipu kecil-kecilan pastilah Melinda jauh lebih unggul. Beda kelas, kok. Tongkrongan pun beda jauh!
Mungkin saja Melinda dinyatakan bersalah dan dihukum beberapa tahun. Tetapi jelas tidak bakalan dihukum gantung atau puluhan tahun. Dipotong remisi, kelakuan baik (orang macam dia biasanya cooperative/menyenangkan), dan lain-lain. Tahu-tahu dia sudah bebas.
Selama di penjara pun, perlakuan terhadapnya bakal lunak seperti terhadap Artalita alias Ayin. Bahkan, Melinda mempunyai lebih banyak kelebihan daripada si Ayin. Diam-diam, sipir penjara, polisi, pejabat, orang kaya bakal "bersimpati" terhadapnya. Baru ditahan saja sudah banyak yang kesengsem, baik terhadap orangnya maupun mobil-mobilnya.
Para karyawan/wati dan tamu Mabes mejeng berfoto di deretan mobilnya. Sampai-sampai, pengacara kondang Hotman Paris Hutapea kepincut mobil-mobilnya (atau orangnya juga?).
Selepas dari penjara, entah apa lagi ulahnya? Pertunjukan tonil belum the end, masih ada sambungan babak-babak berikutnya. Melinda Dee alias Inong memang asoiiiiiiiiiii....... Ha ha ha ha ha!
Regards
WES, Australia
http://kolomkita.detik.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar