Kamis, 28 April 2011

Suka-Duka dan Repotnya Memenuhi Permintaan Artis

Palmerah, Warta Kota
DENGAN tarif artis yang selangit, jangan dikira itu sudah mencakup semua kebutuhannya. Justru tarif itu tarif bersih si artis di luar pajak serta biaya transportasi dan akomodisi, terutama jika diundang ke luar Jakarta.

Artis benar-benar menerima bersih honor setinggi itu untuk menyanyi sekitar 5-7 lagu atau sebagai pembicara di sebuah talkshowmaupun acara meet and greet.

Untuk artis sinetron, tidak banyak kebutuhan yang harus disiapkan pemilik acara. Tetapi untuk penyanyi, kebutuhannya lebih banyak. Mulai dari hotel, pesawat, sound system, makanan, hingga hal-hal yang remeh.

"Yang paling konyol adalah kalau mereka meminta makanan kecil seperti kue, minuman, atau permen dan itu harus sesuai dengan yang mereka inginkan," ujar Gerhard Utomo, salah satu staf perusahaan event organizer (EO) di kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, kepadaWarta Kota belum lama ini.

Artis-artis itu biasanya menolak jika diberi makanan atau minuman dengan merek atau rasanya yang tidak sesuai dengan permintaan mereka. Yang pasti, apa pun harus benar-benar sesuai dengan keinginan mereka.

Sering kali, EO kebingungan jika barang yang diinginkan si artis tidak dijual di daerah. Biasanya EO akan menyiapkan dari Jakarta karena permintaan ini memang sudah diinformasikan jauh-jauh hari sebelumnya.

Misalnya saja, si artis akan kesal ketika dia minta disediakan cokelat merek Snicker's tapi—misalnya karena sulit mencari produk itu di daerah yang jauh dari kota—panitia menggantinya dengan produk lokal.

Namun, kata Gerhard, sejauh ini tidak banyak artis yang mengajukan permintaan yang aneh-aneh atau berlebihan. Umumnya yang mereka minta hanya hal-hal kecil seperti makanan dan minuman. Selebihnya hanya keperluan untuk menyanyi seperti sound system.

Si artis bahkan sudah menyiapkan minus one (musik rekaman untuk mengiringi artis menyanyi—Red) lagu mereka dan hanya tinggal melakukan penyesuaian dengan sound sytem yang disiapkan EO.

Untuk lagu yang akan dinyanyikan, biasanya si artis sudah memberikan ke EO daftar lagu yang akan mereka bawakan. EO tinggal memilih lagu mana yang sesuai untuk acara mereka. "Jika klien minta lagu di luar lagu mereka, biasanya kita negosiasi dulu dengan artis. Kalau hanya satu lagu, artis biasanya tidak menolak. Tetapi jika lebih dari satu, biasanya mereka tidak mau," ujar Ciput, panggilan akrab Gerhard Utomo.

Sementara untuk artis sinetron, tawaran off air lebih banyak untuk kegiatan amal, jumpa fans, atau talkshow yang berkaitan dengan iklan yang mereka bawakan.

Biasanya, artis yang dipakai adalah artis yang sinetronnya sedang ngetop di televisi. Semakin disuka sinetronnya, semakin laris tawaran off air untuk si artis. Sebaliknya, jika si artis jarang bermain sinetron maka tawaran off air jarang pula mampir kepadanya.

Lebih murah

Sementara itu, ada sejumlah penyanyi yang tidak mengomersialkan bakat menyanyi mereka. Tarif yang dipatok biasanya jauh lebih murah dibandingkan artis-artis komersial. Bahkan untuk acara-acara tertentu mereka bersedia tidak dibayar atau bisa menambah jumlah lagu dari yang disepakati.

Misalnya saja Vina Panduwinata. Dia bisa saja menambah lagu dari jumlah lagu yang telah disepakati. "Ini karena Vina memang senang menyanyi. Dia tiba-tiba bisa menambah sendiri jumlah lagu yang dia nyanyikan," ujar salah satu pengurus EO yang enggan disebutkan namanya.

Selain itu, penyanyi-penyanyi idealis ini biasanya memilih acara berdasarkan apresiasi yang diberikan oleh pengundang. Beberapa dari mereka menolak untuk bernyanyi di sebuah acara pada saat tamu undangan sedang makan. Mereka inginnya saat mereka bernyanyi, penonton benar-benar mendengarkan sehingga mereka bisa melihat reaksi penonton.

Untuk acara-acara tertentu, misalnya acara amal atau acara yang memiliki tingkat apresiasi tinggi, penyanyi-penyanyi idealis ini rela tidak dibayar. Kalaupun ada tarif yang muncul di setiap kehadiran mereka, semuanya tidak lepas dari keputusan pihak manajemen mereka dan bukan mereka yang menentukan tarif tersebut. Tetapi, tarifnya masih tetap lebih rendah daripada penyanyi komersial.

"Misalnya, Vina masih kalah tarifnya jika dibandingkan dengan Titi DJ dan Rossa. Atau, Iga Mawarni tarifnya tidak jauh beda dengan artis baru," ungkap sumber tersebut.

Untuk acara on air, biasanya penyanyi-penyani idealis itu pun tidak memasang tarif setinggi off air mereka. Televisi dianggap sebagai ajang promosi. (wik/cel)


http://www.wartakota.co.id/read/news/41704

Tidak ada komentar:

Posting Komentar