Senin, 02 Mei 2011

Internet Sehat vs Internet Syahwat

Jakarta - Internet sehat adalah kampanye kreatif rekan-rekan ICT Watch dalam pemasyarakatan internet yang tertib, aman, legal dan bermanfaat. Inisiatif ini muncul mengantisipasi pesatnya laju inflasi kelahiran penduduk maya sekaligus menjawab maraknya penyalahgunaan internet di Indonesia. Dalam kegiatannya, internet sehat selalu melibatkan jejaring komunitas dan pengiat lembaga nirlaba, termasuk penulis yang bekerja di organisasi non-pemerintah.

ICT Watch merupakan pemegang hak penggunaan nama/merek berdasarkan keputusan Dirjen HAKI, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Kata 'INTERNET SEHAT' telah terdaftar sebagai merek pada Dirjen HAKI pada tanggal 21 Oktober 2010, dengan nomor pendaftaran IDM00276610.

Di jalur yang beda tipis vis a vis, kini marak fenomena pengalihfungsian internet menjadi alat kampanye penjahat dan habitat netizen 'aliran sesat'. Penulis menyebut fenomena ini dengan istilah internet syahwat sebagai antitesa parodik internet sehat.

Secara fungsi, internet sehat mengendalikan penggunaan agar netter tidak tersesat, sementara internet syahwat membiarkan hasrat berkobar liar. Posisi internet syahwat mendekat ke moral hazard sedangkan internet sehat merapat ke moral safeguard.

Keduanya giat mendakwahkan kegunaan piranti komunikasi berbasis jaringan silaturahmi komputer global ini. Pun demikian, keduanya berasumsi azas manfaat, walau tanggung jawab sosial dan kesadaran beragama yang kemudian membatasi perbedaannya. Internet sehat efektif sebagai media pencerdasan dan penyejahteraan umat. Sebaliknya internet syahwat lebih banyak mendatangkan mudharat bagi tatanan masyarakat.

Pemaknaan internet sehat akan melahirkan kreatifitas, kecerdasan, power of simplicity, keterbukaan saling berbagi dan peradaban yang lebih manusiawi. Ada Kang Onno W. Purbo dengan ide VoIP Merdeka yang murah dan produk Wajanbolic yang meriah. Para blogger yang memelopori eksistensi pewarta warga.

ICT Watch bersama ID-SIRTII jadi 'tukang kebun' dunia maya agar semua penghuni tetap bersih dan terlindungi. Dari luar negeri duo Lary Page dan Sergey Brin, Mark Zuckerberg, serta Jerry Yang adalah contoh generasi terkini yang cerdas memaknai hakekat internet sehat.

Derivat internet sehat dapat mewujud dalam produk yang bermanfaat, mendidik dan ramah masyarakat. Contohnya BSE untuk pendidikan, SAHANA untuk kebencanaan, NAWALA untuk pencegahan keasusilaan, F/OSS mengurangi monopoli sistem operasi, dukungan Facebooker untuk penegakan keadilan, saling sapa via kicauan Tweeps, upacara online, pengajian virtual, dst.

Di batas lain, Internet Syahwat berangkat dari ketertutupan, germo (gelem seger kerjo emoh), ambisi saling menguasai, kecanduan nafsu setan, terjebak dunia profan, budaya enak instan, dan semangat pelecehan harkat kemanusiaan. Hubungan gelap itu kemudian melahirkan turunan produk gagal bernama pornografi, phising, carding, bullying, abuse of mouse, human trafficking, money laundring, maling banking, dan kejahatan dunia maya lainnya.

Pembaca tentu tahu aksi cerdik penipu dan pencuri cantik yang tertangkap polisi baru-baru ini. Pada perkara asusila sebelumnya, beberapa sosialita kerap dituduh mengejar tenar dengan cara umbar video dan foto penuh ego libido. Teranyar, muncul kasus anggota dewan yang tertangkap candid camera sedang indehoi joged chaiya-chaiya sembari menikmati pranala email 'LinkInPorn'-nya. Apakah mereka tergolong penikmat internet syahwat? Hanya Allah yang tahu kebenarannya.

Jika disanding dalam deret moral benchmarking, maka pelaku internet sehat dengan kesadaran ikhlas sedang berlatih mengamalkan fatwa kitab suci berikut ini, "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya" (QS. 17:36). Peringatan ayat ini nampak secorak dengan tagline 'wise while online, think before posting'.

Sementara penikmat internet syahwat sedang bersenang-senang dan bergegas melakoni satire pedas Iwan Fals, "khutbah soal moral, omong keadilan sarapan bagiku. Aksi tipu-tipu, lobbying dan upeti, ooohh jagooonyaaa." (Swami, Bento: 1989).

Memilih satu di antara keduanya merupakan hak pembaca. Sila pikirkan keuntungan dan kerugian sebagai konsekuensi pilihan yang mesti ditanggung. Internet sehat menawarkan alternatif tamasya arung maya yang aman, nyaman dan ada jaminan perlindungan. Sementara internet syahwat mengajak bertualang keliling dunia virtual yang illegal dan amoral -- meski mungkin lebih markotop dan menantang buat sebagian orang.

Bagi pelaku internet sehat, sebaiknya menambah energi ekstra supaya revolusi baik ini tak layu berhenti. Rangkul dan perkuat fungsi keluarga sebagai pelaku utama selain advokasi peraturan yang sudah ada. Buat penikmat internet syahwat, doakan semoga saja mereka lekas bertobat. Tentu lebih bijak mengarifi diri daripada menuduh ada konspirasi atau mengaku jadi korban yang dizalimi.

Pilih internet sehat, Insya Allah hidup lebih bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Pilih internet syahwat, risikonya berhadapan dengan hukum aparat dan malaikat. Mudah-mudahan pilihan Anda sama dengan saya, ambil pilihan pertama: internet sehat yang bertanggungjawab dunia akhirat. Bismillaah...


*) Penulis, Gus Adhim merupakan seorang santri peminat fotografi, pegiat F/OSS dan teknologi informasi. Saat ini, penulis tinggal dan bekerja di Pondok Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Lamongan.



( ash / ash ) 
http://www.detikinet.com/read/2011/04/11/100651/1613108/398/internet-sehat-vs-internet-syahwat/?i991101105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar