OTOMOTIFNET - Belum keluarnya seluruh kalender balap A1GP musim ke-5 (2009/2010) hingga saat ini mencuatkan keraguan kelanjutan balap antarbangsa tersebut. Kecurigaan muncul setelah hanya 2 kalender seri awal yang baru dirilis resmi, yaitu di Gold Coast, Australia (25 Oktober 2009) dan Assen, Belanda pada 16 Mei 2010.
Padahal, event perdana musim 2009/2010 tinggal 4 bulan lagi. Keraguan makin menjadi setelah muncul kabar perusahaan yang mengurusi operasional A1GP dilikuidasi karena tak sanggup membayar hutang-hutangnya. Akankah nasib A1GP tamat sampai disini?
RUGI RP 2,6 TRILIUN
Ketidakberesan operasional A1GP sebenarnya sudah tercium sejak musim ke-4 (2008/2009) yang baru usai. Seri perdana yang sedianya dilangsungkan di Mugello, Italia dibatalkan dan dipindahkan ke Zandvoort, Belanda. Alasannya karena mobil baru Ferrari belum siap dipakai. Bahkan di seri Zandvoort, beberapa tim tidak ikutan karena mobil Ferrari belum juga kelar dibuat.
Seri Indonesia di sirkuit Lippo Village, Karawaci juga batal diselenggarakan Februari lalu akibat tidak siapnya pembangunan sirkuit. Paling parah seri di Meksiko yang dibatalkan karena sirkuit akan dipakai untuk konser sebuah grup band.
Belakangan Meksiko direvisi dan dimasukkan lagi sebagai seri penutup musim 2008/2009. Namun kemudian dibatalkan kembali menyusul wabah flu babi.
Nasib tim juga tak kalah pahit. Hampir semuanya kesulitan finansial dan berhenti balapan di musim lalu, seperti tim Kanada dan tim Pakistan yang hanya ikut 1 kali tes saja. Bahkan tim Korea Selatan yang baru terbentuk hanya ikut 3 seri awal.
Jauh sebelum itu, yaitu di musim kedua (2006/2007), tim Jerman yang jadi juara di musim pertama saja sudah mengalami kesulitan. Jerman akhirnya hanya mampu mengikuti setengah musim saja. Itupun setelah mendapat sokongan dana dari bos A1GP, Tony Teixeira.
Uang! Ya, itulah alasan utama keterpurukan A1GP hingga kantor operasionalnya yang berpusat di Inggris bangkrut. “Seperti juga perusahaan lain di saat krisis ekonomi saat ini, kita juga punya masalah dengan cashflow hingga kita tak sanggup membayar (kepada supplier),” ujar juru bicara A1 Grand Prix Operations Limited kepada media di Inggris.
Selama ini memang Tony masih terus mensubsidi biaya balapan, termasuk tim Indonesia. Namun kondisi krisis saat ini ternyata juga berpengaruh terhadap keuangan bos A1GP itu. Terlebih hingga jelang musim ke-5, belum ada sponsor utama event.
“Sampai musim ke-4 tidak ada satupun sponsor utama event dan tetap masih belum ada uang berarti yang masuk. Mungkinkan balapan masih bisa terus berlangsung? Saya benar-benar tidak tahu. Harus saya akui, saya meragukan itu,” sebut mantan CEO tim Selandia Baru, Bob McMurray.
Sejak awal diprakarsai Sheikh Maktoum Hasher Al Maktoum di 2004, balap A1GP memang masih jauh dari untung. Musim kedua (2006/2007) saja dilaporkan menderita kerugian 240 juta dolar AS (setara Rp 2,640 triliun).
Restrukturisasi keuangan di tahun 2006 hingga membuat Sheikh Maktoum mundur pun tak mampu menutupi kerugian A1GP dari musim ke musim. Bahkan setoran modal Philip Richards (mantan chief executive A1GP) sebesar 150 juta dolar AS tak berarti banyak, hingga di 2008, Philip memilih mundur.
Keputusan bangkrut kantor operasional A1GP juga meninggalkan 40 orang karyawan yang nasibnya belum menentu. Tersiar kabar, mereka akan ‘diselamatkan’ di sebuah perusahaan baru yang akan dibuat beberapa waktu mendatang. Apalagi, Tony sangat yakin musim ke-5 akan terus berjalan.
Pekan lalu, Tony bahkan menyebutkan akan menghadirkan tontonan baru yang lebih seru buat tim dan fans. “Saat ini kita sudah masukkan 10 event di kalender dan akan menyusul satu dua lagi di bulan depan.”
Saat seri terakhir musim ke-4 lalu di Brand Hatch, Inggris, Tony menyebut musim ke-5 depan (2009/2010), A1GP akan lebih sehat secara finansial dan ada sponsor yang masuk. Ia bahkan optimis akan menggelar 12 balapan, 8 di antara membayar fee.
Penulis: Bim
Foto: A1GP
http://otosport.otomotifnet.com/read/0000/00/00/5728/57/17/A1GP-Bangkrut-Nasib-Balapan-Diragukan
Padahal, event perdana musim 2009/2010 tinggal 4 bulan lagi. Keraguan makin menjadi setelah muncul kabar perusahaan yang mengurusi operasional A1GP dilikuidasi karena tak sanggup membayar hutang-hutangnya. Akankah nasib A1GP tamat sampai disini?
RUGI RP 2,6 TRILIUN
Ketidakberesan operasional A1GP sebenarnya sudah tercium sejak musim ke-4 (2008/2009) yang baru usai. Seri perdana yang sedianya dilangsungkan di Mugello, Italia dibatalkan dan dipindahkan ke Zandvoort, Belanda. Alasannya karena mobil baru Ferrari belum siap dipakai. Bahkan di seri Zandvoort, beberapa tim tidak ikutan karena mobil Ferrari belum juga kelar dibuat.
Seri Indonesia di sirkuit Lippo Village, Karawaci juga batal diselenggarakan Februari lalu akibat tidak siapnya pembangunan sirkuit. Paling parah seri di Meksiko yang dibatalkan karena sirkuit akan dipakai untuk konser sebuah grup band.
Belakangan Meksiko direvisi dan dimasukkan lagi sebagai seri penutup musim 2008/2009. Namun kemudian dibatalkan kembali menyusul wabah flu babi.
Nasib tim juga tak kalah pahit. Hampir semuanya kesulitan finansial dan berhenti balapan di musim lalu, seperti tim Kanada dan tim Pakistan yang hanya ikut 1 kali tes saja. Bahkan tim Korea Selatan yang baru terbentuk hanya ikut 3 seri awal.
Jauh sebelum itu, yaitu di musim kedua (2006/2007), tim Jerman yang jadi juara di musim pertama saja sudah mengalami kesulitan. Jerman akhirnya hanya mampu mengikuti setengah musim saja. Itupun setelah mendapat sokongan dana dari bos A1GP, Tony Teixeira.
Uang! Ya, itulah alasan utama keterpurukan A1GP hingga kantor operasionalnya yang berpusat di Inggris bangkrut. “Seperti juga perusahaan lain di saat krisis ekonomi saat ini, kita juga punya masalah dengan cashflow hingga kita tak sanggup membayar (kepada supplier),” ujar juru bicara A1 Grand Prix Operations Limited kepada media di Inggris.
Selama ini memang Tony masih terus mensubsidi biaya balapan, termasuk tim Indonesia. Namun kondisi krisis saat ini ternyata juga berpengaruh terhadap keuangan bos A1GP itu. Terlebih hingga jelang musim ke-5, belum ada sponsor utama event.
“Sampai musim ke-4 tidak ada satupun sponsor utama event dan tetap masih belum ada uang berarti yang masuk. Mungkinkan balapan masih bisa terus berlangsung? Saya benar-benar tidak tahu. Harus saya akui, saya meragukan itu,” sebut mantan CEO tim Selandia Baru, Bob McMurray.
Sejak awal diprakarsai Sheikh Maktoum Hasher Al Maktoum di 2004, balap A1GP memang masih jauh dari untung. Musim kedua (2006/2007) saja dilaporkan menderita kerugian 240 juta dolar AS (setara Rp 2,640 triliun).
Restrukturisasi keuangan di tahun 2006 hingga membuat Sheikh Maktoum mundur pun tak mampu menutupi kerugian A1GP dari musim ke musim. Bahkan setoran modal Philip Richards (mantan chief executive A1GP) sebesar 150 juta dolar AS tak berarti banyak, hingga di 2008, Philip memilih mundur.
Keputusan bangkrut kantor operasional A1GP juga meninggalkan 40 orang karyawan yang nasibnya belum menentu. Tersiar kabar, mereka akan ‘diselamatkan’ di sebuah perusahaan baru yang akan dibuat beberapa waktu mendatang. Apalagi, Tony sangat yakin musim ke-5 akan terus berjalan.
Pekan lalu, Tony bahkan menyebutkan akan menghadirkan tontonan baru yang lebih seru buat tim dan fans. “Saat ini kita sudah masukkan 10 event di kalender dan akan menyusul satu dua lagi di bulan depan.”
Saat seri terakhir musim ke-4 lalu di Brand Hatch, Inggris, Tony menyebut musim ke-5 depan (2009/2010), A1GP akan lebih sehat secara finansial dan ada sponsor yang masuk. Ia bahkan optimis akan menggelar 12 balapan, 8 di antara membayar fee.
Penulis: Bim
Foto: A1GP
http://otosport.otomotifnet.com/read/0000/00/00/5728/57/17/A1GP-Bangkrut-Nasib-Balapan-Diragukan
Nampaknya A1 GP kurang laku alias sepi peminat. Kalah bersaing dengan F1, padahal awalnya ajang ini digadang-gadang akan menyaingi popularitas F1.
BalasHapusancuuurrrrr......
BalasHapusancuuurrrrrrrrrrrrrr
BalasHapus