SAMARINDA – Pendirian maskapai penerbangan PT Kaltim Airlines diakui Kepala Badan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah Tertinggal (BPKP2DT) Kaltim, Adri Patton, seakan menjadi obat kerinduan bagi masyarakat di pedalaman dan perbatasan, guna mengatasi keterbatasan sarana transportasi mereka.
“Selama ini, banyak daerah perbatasan yang belum terlayani jasa penerbangan. Sebab, satu-satunya transportasi yang dapat digunakan ke beberapa daerah perbatasan itu hanya dengan pesawat,” jelas Adri Patton saat ditemui wartawan, Senin (13/6), terkait respon masyarakat daerah perbatasan terhadap pendirian Kaltim Airlines.
Berbicara di kantor Gubernur Kaltim, Samarinda, ia menyebut, kebijakan Gubernur H Awang Faroek Ishak mendirikan Kaltim Airlines diharapkan menjadi satu terobosan positif bagi masyarakat di perbatasan. Namun, menurut dia, tetap saja harus dilihat tujuan pendiriannya sendiri, apakah sebagai proyek untuk mencari keuntungan (orientasi bisnis) atau sebagai upaya memberikan pelayanan publik (public service).
“Kalau dia (Kaltim Airlines) memberi subsidi ongkos transportasi bagi orang dan barang tujuan di tiga kawasan perbatasan berarti lebih berorientasi pada public service. Namun, jika lebih fokus pada pelayanan transfortasi ke berbagai daerah bukan wilayah perbatasan berarti berorirentasi bisnis. Yang penting, dia mengunakan manajemen By Objective (manajemen sesuai objektif) sehingga Kaltim Airlines jadi lebih baik,” tegasnya.
Wilayah provinsi Kaltim seperti diketahui memilik tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia, yakni Malinau, Nunukan dan Kutai Barat. Sebagian di antara tiga wilayah kabupaten ini relatif masih terisolir karena keterbatasan sarana transportasi. Sekali pun ada sarana transportasi udara, tapi pelayanannya dirasakan masih kurang maksimal.
Berkaitan itu, Adri Patton menyambut baik pendirian Kaltim Airlines. Ia berharap, penerbangan Kaltim Airlines nanti dapat dikelola dengan baik oleh manajemen yang berpengalaman lebih banyak di bidangnya. “Jika tidak dikhawatirkan akan menimbulkan kendala. Contohnya baru-baru ini pesawat yang selama ini melayani rute perbatasan di demo masyarakat sekitar, karena ketidakpuasan terhadap pelayanan penerbangan selama ini,” ujarnya.
Apakah penerbangan ini akan bisa membebaskan belenggu keterisoliran masyarakat kawasan perbatasan terhadap pertumbuhan ekonomi? “Ya jelas. Dengan terbukanya keterisoliran dan besarnya kapasitas pesawat penumpang yang terbang, tentu akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di daerah perbatasan,” tegasnya.
Menurut dia, masyarakat di kawasan perbatasan menyambut baik pendirian Kaltim Airlines. Sebab, kebutuhan masyarakat akan penerbangan sangat tinggi. Buktinya, penerbangan yang tadinya hanya dua kali seminggu dan ditingkatkan menjadi lima kali dalam seminggu terlihat sangat pesat peningkatannya.
“Banyak penumpang yang masuk waiting list (daftar tunggu) lagi. Yang pasti, lima kali penerbangan dalam seminggu selalu penuh penumpang. Ini menandakan orang yang menuju dan keluar daerah perbatasan semakin banyak. Terlebih penerbangan di kawasan perbatasan di subsidi oleh pemerintah, sehingga harga tiketnya lebih terjangkau. Namun, saya yakin meskipun tidak bersubsidi penerbangan pun akan tetap diminati,” ujarnya. (arf-dil/diskominfo).
“Selama ini, banyak daerah perbatasan yang belum terlayani jasa penerbangan. Sebab, satu-satunya transportasi yang dapat digunakan ke beberapa daerah perbatasan itu hanya dengan pesawat,” jelas Adri Patton saat ditemui wartawan, Senin (13/6), terkait respon masyarakat daerah perbatasan terhadap pendirian Kaltim Airlines.
Berbicara di kantor Gubernur Kaltim, Samarinda, ia menyebut, kebijakan Gubernur H Awang Faroek Ishak mendirikan Kaltim Airlines diharapkan menjadi satu terobosan positif bagi masyarakat di perbatasan. Namun, menurut dia, tetap saja harus dilihat tujuan pendiriannya sendiri, apakah sebagai proyek untuk mencari keuntungan (orientasi bisnis) atau sebagai upaya memberikan pelayanan publik (public service).
“Kalau dia (Kaltim Airlines) memberi subsidi ongkos transportasi bagi orang dan barang tujuan di tiga kawasan perbatasan berarti lebih berorientasi pada public service. Namun, jika lebih fokus pada pelayanan transfortasi ke berbagai daerah bukan wilayah perbatasan berarti berorirentasi bisnis. Yang penting, dia mengunakan manajemen By Objective (manajemen sesuai objektif) sehingga Kaltim Airlines jadi lebih baik,” tegasnya.
Wilayah provinsi Kaltim seperti diketahui memilik tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia, yakni Malinau, Nunukan dan Kutai Barat. Sebagian di antara tiga wilayah kabupaten ini relatif masih terisolir karena keterbatasan sarana transportasi. Sekali pun ada sarana transportasi udara, tapi pelayanannya dirasakan masih kurang maksimal.
Berkaitan itu, Adri Patton menyambut baik pendirian Kaltim Airlines. Ia berharap, penerbangan Kaltim Airlines nanti dapat dikelola dengan baik oleh manajemen yang berpengalaman lebih banyak di bidangnya. “Jika tidak dikhawatirkan akan menimbulkan kendala. Contohnya baru-baru ini pesawat yang selama ini melayani rute perbatasan di demo masyarakat sekitar, karena ketidakpuasan terhadap pelayanan penerbangan selama ini,” ujarnya.
Apakah penerbangan ini akan bisa membebaskan belenggu keterisoliran masyarakat kawasan perbatasan terhadap pertumbuhan ekonomi? “Ya jelas. Dengan terbukanya keterisoliran dan besarnya kapasitas pesawat penumpang yang terbang, tentu akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di daerah perbatasan,” tegasnya.
Menurut dia, masyarakat di kawasan perbatasan menyambut baik pendirian Kaltim Airlines. Sebab, kebutuhan masyarakat akan penerbangan sangat tinggi. Buktinya, penerbangan yang tadinya hanya dua kali seminggu dan ditingkatkan menjadi lima kali dalam seminggu terlihat sangat pesat peningkatannya.
“Banyak penumpang yang masuk waiting list (daftar tunggu) lagi. Yang pasti, lima kali penerbangan dalam seminggu selalu penuh penumpang. Ini menandakan orang yang menuju dan keluar daerah perbatasan semakin banyak. Terlebih penerbangan di kawasan perbatasan di subsidi oleh pemerintah, sehingga harga tiketnya lebih terjangkau. Namun, saya yakin meskipun tidak bersubsidi penerbangan pun akan tetap diminati,” ujarnya. (arf-dil/diskominfo).
teks foto :
Adri Patton (foto : yoyo/diskominfo)
http://diskominfo.kaltimprov.go.id/berita-558-masyarakat-perbatasan-dukung-kaltim-airlines.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar