Kehidupan malam di Surabaya, Jawa Timur, menyuguhkan beragam pilihan hiburan bagi para penikmatnya. Setelah seharian beraktivitas, tak perlu khawatir untuk melepaskan penat. Apapun jenis hiburan yang diinginkan, hampir pasti bisa dipenuhi.
Seperti salah satu suguhan hiburan yang identik dengan dunia malam dan kerap jadi sorotan, prostitusi. Bagi sebagian orang yang hobi berburu kesenangan, markas prostitusi yaitu lokalisasi menjadi tempat favorit. Kontroversi akan keberadaannya membuat prostitusi kerap menuai tantangan dari banyak pihak dan razia dianggap menjadi salah satu cara jitu untuk menghambat bisnis esek-esek ini semakin meluas.
Dengan berbagai alasan, seperti tak memiliki izin, ilegal, tak jarang di beberapa tempat lokalisasi ditutup. Tapi untuk petualang dunia malam sejati, masih banyak cara memperoleh hiburan serupa. Seperti ungkapan ada banyak jalan menuju Roma. Pelayanan jasa maksiat ini kemudian mencari terobosan yang cerdik. Kemajuan teknologi dimanfaatkan, bisnis syahwat pun digelar lewat dunia maya.
Bisnis esek-esek di dunia maya ternyata juga tak bertahan lama. Beberapa bulan lalu, polisi membongkar jaringan pebisnis perempuan nakal di situs jejaring sosial. Bukan PSK biasa yang dipasarkan di salah satu situs internet ini, namun pelacur yang masih bau kencur juga dijajakan.
Lebih memprihatinkan lagi, anak dibawah umur kini menjadi tersangka mucikari. Seperti yang dialami seorang remaja perempuan di Surabaya yang belum lama ini disangka telah menjual anak di bawah umur. Atas kejahatan yang disangkakan, memperdagangkan anak dibawah umur merupakan kejahatan serius dan sejumlah hukuman menanti tersangka.
Jerat hukum berlapis yang menanti para mucikari penjual jasa layanan esek-esek gadis bau kencur ternyata tak membuat gentar para mucikari. Distribusi gadis di bawah umur pada pria hidung belang tetap berlangsung. Hal ini dikarenakan permintaan yang cukup tinggi untuk mencari PSK yang masih belia.
Salah satu tempat nongkrong favorit anak anak muda di Surabaya yaitu sebuah taman di tengah kota. Kawasan ini juga menjadi sasaran mucikari yang ingin menangguk keuntungan di dunia hiburan malam. Layaknya pencari bakat, mucikari bergerilya memantau mangsanya di taman. Rayuan maut dengan iming-iming cari uang mudah jadi tips yang dilancarkan oleh mucikari.
Dunia prostitusi tak pernah statis. Belum puas hanya menjual gadis-gadis belia, jaringan penjual anak di bawah umur lalu merambah ke komoditi seks yang lebih mencengangkan, menawarkan kegadisan. Tentu saja harga yang dibandrol jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan PSK belia yang sudah tak gadis lagi. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah, tentunya menjanjikan keuntungan berlipat ganda bagi germo yang menjualnya.
Biasanya, sindikat penjaja cinta dengan spesialisasi gadis di bawah umur ini bergerilya di pusat-pusat perbelanjaan untuk mencari klien berduit bagi para anak buahnya. Jika kesepakatan harga tercapai, fantasi si lelaki hidung belang pun terwujud.
Selanjutnya, anak yang telah dipesan diantar langung ke kamar hotel untuk dipertemukan dengan sang pelanggan. Dan transaksi pun langsung dilakukan disini. Untuk lebih meyakinkan pelanggannya, khusus untuk pesanan perempuan yang masih gadis sang germo ikut menunggu di kamar.
Meyakinkan kegadisan si anak kepada pelanggan memang tak mudah. Karena terkadang ada saja pelanggan dibohongi. Saking niatnya, jaringan penjual perawan ini terkadang mencari korban yang bisa dibohongi hingga ke luar kota.
Menjebak, adalah cara terakhir bagi sindikat penjual perawan untuk meraup keuntungan. Namun mirisnya, ia hanya diberi upah yang begitu minim untuk mengganti kegadisannya. Tapi tidak semua remaja-remaja cilik menjual kegadisannya melalui germo. Ada pula remaja cilik yang dengan sukarela ia menjual sendiri keperawanannya. Wah...wah...?(ASW)
http://berita.liputan6.com/read/302377/quotjajananquot_malam_ala_surabaya
Seperti salah satu suguhan hiburan yang identik dengan dunia malam dan kerap jadi sorotan, prostitusi. Bagi sebagian orang yang hobi berburu kesenangan, markas prostitusi yaitu lokalisasi menjadi tempat favorit. Kontroversi akan keberadaannya membuat prostitusi kerap menuai tantangan dari banyak pihak dan razia dianggap menjadi salah satu cara jitu untuk menghambat bisnis esek-esek ini semakin meluas.
Dengan berbagai alasan, seperti tak memiliki izin, ilegal, tak jarang di beberapa tempat lokalisasi ditutup. Tapi untuk petualang dunia malam sejati, masih banyak cara memperoleh hiburan serupa. Seperti ungkapan ada banyak jalan menuju Roma. Pelayanan jasa maksiat ini kemudian mencari terobosan yang cerdik. Kemajuan teknologi dimanfaatkan, bisnis syahwat pun digelar lewat dunia maya.
Bisnis esek-esek di dunia maya ternyata juga tak bertahan lama. Beberapa bulan lalu, polisi membongkar jaringan pebisnis perempuan nakal di situs jejaring sosial. Bukan PSK biasa yang dipasarkan di salah satu situs internet ini, namun pelacur yang masih bau kencur juga dijajakan.
Lebih memprihatinkan lagi, anak dibawah umur kini menjadi tersangka mucikari. Seperti yang dialami seorang remaja perempuan di Surabaya yang belum lama ini disangka telah menjual anak di bawah umur. Atas kejahatan yang disangkakan, memperdagangkan anak dibawah umur merupakan kejahatan serius dan sejumlah hukuman menanti tersangka.
Jerat hukum berlapis yang menanti para mucikari penjual jasa layanan esek-esek gadis bau kencur ternyata tak membuat gentar para mucikari. Distribusi gadis di bawah umur pada pria hidung belang tetap berlangsung. Hal ini dikarenakan permintaan yang cukup tinggi untuk mencari PSK yang masih belia.
Salah satu tempat nongkrong favorit anak anak muda di Surabaya yaitu sebuah taman di tengah kota. Kawasan ini juga menjadi sasaran mucikari yang ingin menangguk keuntungan di dunia hiburan malam. Layaknya pencari bakat, mucikari bergerilya memantau mangsanya di taman. Rayuan maut dengan iming-iming cari uang mudah jadi tips yang dilancarkan oleh mucikari.
Dunia prostitusi tak pernah statis. Belum puas hanya menjual gadis-gadis belia, jaringan penjual anak di bawah umur lalu merambah ke komoditi seks yang lebih mencengangkan, menawarkan kegadisan. Tentu saja harga yang dibandrol jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan PSK belia yang sudah tak gadis lagi. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah, tentunya menjanjikan keuntungan berlipat ganda bagi germo yang menjualnya.
Biasanya, sindikat penjaja cinta dengan spesialisasi gadis di bawah umur ini bergerilya di pusat-pusat perbelanjaan untuk mencari klien berduit bagi para anak buahnya. Jika kesepakatan harga tercapai, fantasi si lelaki hidung belang pun terwujud.
Selanjutnya, anak yang telah dipesan diantar langung ke kamar hotel untuk dipertemukan dengan sang pelanggan. Dan transaksi pun langsung dilakukan disini. Untuk lebih meyakinkan pelanggannya, khusus untuk pesanan perempuan yang masih gadis sang germo ikut menunggu di kamar.
Meyakinkan kegadisan si anak kepada pelanggan memang tak mudah. Karena terkadang ada saja pelanggan dibohongi. Saking niatnya, jaringan penjual perawan ini terkadang mencari korban yang bisa dibohongi hingga ke luar kota.
Menjebak, adalah cara terakhir bagi sindikat penjual perawan untuk meraup keuntungan. Namun mirisnya, ia hanya diberi upah yang begitu minim untuk mengganti kegadisannya. Tapi tidak semua remaja-remaja cilik menjual kegadisannya melalui germo. Ada pula remaja cilik yang dengan sukarela ia menjual sendiri keperawanannya. Wah...wah...?(ASW)
http://berita.liputan6.com/read/302377/quotjajananquot_malam_ala_surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar