Rabu, 29 Juni 2011

Prostitusi di Bangku Sekolah

Bicara kota tujuan wisata, maka tak akan lepas dari Yogyakarta. Jalan malioboro yang amat terkenal sebagai surga wisata belanja, menjadi salah satu tujuan utama para pelancong yang berplesir di kota ini. Bahkan hingga malam hari, Jalan Malioboro tetap berdenyut, menyihir warga lokal maupun wisatawan untuk terus berdatangan.

Tak hanya ikon pariwisata, Yogyakarta juga mendapatcap sebagai kota pelajar. Bagaimana tidak, Taman Siswa yang merupakan cikal bakal sekolah, berdiri di kota ini. Namun, seiring dengan membanjirnya pelajar yang datang dari berbagai penjuru Tanah Air, muncul fenomena pelajar menyambi bekerja. Ironisnya, tim Sigi mendapati ada sebagian pelajar memilih menyambi terjun ke dunia prostitusi.

Modusnya tak secara terang-terangan. Kebanyakan mereka memasarkan jasa di dunia maya, termasuk melalui chatting. Selain itu, situs forum esek-esek di dunia maya menjadi salah satu media promosi. Jika sepakat, dinginnya kamar-kamar hotel pun berubah menjadi panas membara. Biasanya, gadis-gadis belia berstatus pelajar ini hanya bersedia dibooking dalam hitungan jam alias tidak menginap.

Yang mengejutkan, hotel tak selalu jadi lokasi berkencan, tapi bisa juga di tempat yang tidak terduga, yaitu warung internet alias warnet. Tidak jarang, warnet-warnet di Kota Gudeg ini berupa bilik-bilik tertutup. Kondisi ini memungkinkan penyewanya melampiaskan fantasi seksualnya di dalam bilik warnet.

Tim Sigi mencoba mencari pelajar yang biasa memberikan layanan esek-esek dalam bilik warnet. Caranya, cukup masuk ke sebuah situs obrolan atau chatting. Setelah cukup lama mencari-cari lawan bicara, tim Sigi mendapat seeorang yang mengaku sebagai pelajar. Setelah lama berbincang, tim Sigi mengajaknya untuk bertemu dengan datang ke warnet. Gayung bersambut. Tak lama berselang, lawan bicara di chatting tadi benar-benar datang ke bilik yang tim Sigi sewa.

Hal yang sama juga tim Sigi dapatkan di Klaten. Tidak disangka, di kota kecil yang berjarak sekitar satu jam perjalanan ke arah timur Yogyakarta itu, pelajar-pelajar juga sudah menjajakan diri. Di akhir pekan, alun-alun kota menjadi pilihan para gadis belia untuk menjajakan diri berbaur dengan warga kota.

Sekilas, keberadaan pelajar plus-plus tidak mudah untuk dideteksi karena mereka tak secara terang-terangan menunjukkan diri. Namun, tim Sigi mendapat informasi tentang seorang mami yang memang menyediakan jasa perempuan pemuas nafsu yang masih duduk di bangku sekolah. Lewat sebuah pertemuan, sang mami langsung membawakan dua gadis remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Kepada tim Sigi, kedua gadis remaja ini mengaku belum lama menyambi menjadi pelajar yang bisa memberi layanan lebih. Menurut si mami, menjamurnya pelacur pelajar di Klaten tak lepas dari banyaknya permintaan akan perempuan belia yang bisa memberikan jasa pemuas syahwat. Yang mencengangkan, sebagian besar dari mereka bahkan secara sadar dan tanpa paksaan meminta pekerjaan kepada mami.

Melalui induk semang, diketahui pelajar yang berprofesi ganda ini ada yang berasal dari desa-desa. Untuk membuktikannya, tim Sigi mencoba menyelidiki ke salah satu desa yang diduga merupakan kampung halaman beberapa pelajar plus plus tersebut. Lebih dari setengah jam perjalanan dari Kota Klaten, masuk ke perkampungan yang cukup jauh dari kebisingan kota, tim Sigi menemukan desa yang dimaksud. Siapa sangka, di tempat yang lumayan terpencil alias pelosok kampung ini sejumlah remajanya akrab dengan dunia esek-esek.

Kisah pelajar menyambi jadi pekerja seks juga tim Sigi jumpai di kota kecil lain, Magelang. Pria hidung belang, mangsa buruan mereka, disasar di Yogyakarta. Berbekal informasi dari informan tim Sigi, seorang pelajar asal Magelang kami kontak. Tim Sigi harus menjemputnya langsung ke kos-kosan. Ini syarat yang diminta agar praktek prostitusi sang pelajar tak terendus.

Bagi para petualang seks, kencan dengan remaja yang masih duduk di bangku sekolah punya sensasi yang berbeda. Faktor lainnya adalah tarif yang relatif murah. Lantas, apa yang menyebabkan pelajar-pelajar menyambi sebagai pelacur. Simak selengkapnya dalam tayangan Sigi 30 Menit edisi Rabu (14/7). Selamat menyaksikan.(BOG)


http://berita.liputan6.com/read/286293/prostitusi_di_bangku_sekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar