Sentilan atau malah disebut cletukan Andi Arief, Staff Khusus Presiden bidang kebencanaan dan bantuan sosial beberapa waktu lalu tentunya mengagetkan. Lah gimana tidak wong di koran dan media disebutkan salah satunya di detik Potensi bahaya gempa sebesar 8.7 SR di Jakarta“. Karuan saja masyarakat se Jakarta kebingungan. bagaimana tidak Jogja yang digoyang 6.2 SR saja sudah membuat porak poranda. Lah ini 8,7 berarti 10 Kalilipat lebih !
“Pakdhe, Ini cuman pengalihan issue ya ?”
“mmmpfhh !”
Memang semua sudah mengerti tentang plate tectonic, sudah banyak yang ngeh soal patahan, sudah banyak yang sadar bahwa gempa itu penting dan bahkan sudah mengerti kalau bangunan itulah yang membunuh. Tetapi seperti apa sih potensi gempa yang di Selat Sunda ini ?
Gempa yang merembet.
Bahwa gempa itu memicu gempa lainnya tentunya mudah dimnegerti seperti kita menggoyang meja yang berdampingan akan menggeser meja sebelahnya. Seperti itu juga gempa itu mirip seperti itu, hanya saja tidak semudah itu urutannya. Bisa loncat, bolak balik seperti yang pernah dibuat dalam presentasi ditulisan Mengapa Gempa Sulit Diramalkan . Tentusaja model sederhana inipun bukan model yang tepat untuk sebuah rentetan gempa, tetapi mudah dimengerti mengapa meramalkan gempa itu tidak mudah.
Gambar disebelah ini menggambarkan bagaimana rembetan gempa Sumatera 2004 yang dilanjutkan gempa-gempa sebelah selatannya.
Tahun 2004 segment paling utara bergetar hingga melepaskan kekuatan sebesar 9.2 SR pada tanggal Dec 2004. Dilanjutkan pada bulan Juli 2005 dan February 2008, lokasinya semakin keselatan. Dan bahkan tahun 2009 terjadi gempa Padang yang belum tergambarkan dalam peta disebelah ini.
Terlihat gempa seolah merembet dari utara keselatan, namun tentusaja, sekali lagi, bahwa rembetannya tidak mudah diketahui berapa lama lagi dan tidak mudah dimengerti segmen mana yang akhirnya akan bergerak.
Kalau melihat gambar diatas tentunya dengan mudah kita akan menerima kenyataan bahwa gempa di dekat Selat Sunda atau Sumataera Selatan akan tiba saatnya. Hanya saja kapan dimana lokasi episenter serta seberapa besar gempanya tentunya tidak akan diketahui dengan pasti.
Mirip datangnya ajal manusia. Kita harus selalu siap itu saja !!
“Tapi Pakdhe, kenapa dibilangnya Jakarta yg terancam ? Kalau yang ini hanya politis mengalihkan issue ya ?”
“Mmmpfft ..!”
Bahwa akan terjadi gempa sebenernya semua juga tahu. Bahwa Indonesia adalah langganan gempa itu juga sudah dimengerti. Hanya saja, apakah sudah dipersiapkan bila gempa itu datang ?
Yang dapat kita perkirakan tentunya bila gempa selat Sunda ini terjadi, maka kemungkinan besar yang akan terkena dampak lebih parah adalah yang ada didekatnya. Kota-kota sekeliling Selat Sunda lah yang harus lebih bersiap-siap. Kita tahu ada Cilegon dengan segala industrinya. Kita tahu ada pantai wisata disana. Kita juga mengerti adanya pelabuhan serta fasilitas-fasilitas ekonomi lainnya. Nah yang disini ini perlu juga diberikan pengertian kewaspadaan karena lebih dekat jaraknya dari lokasi yang berpotensi menjadi episenter gempa.
“Bentar to Pakdhe, kalau disini ada potensi gempa memang bener, tapi kok dibilangnya sekarang, ini pengalihan issue ya ?”
“Mmmpft .. !”
Potensi gempa itu memang ada
Nah dengan melihat peta diatas saja dapat mudah dimengerti bahwa potensi gempa itu ada. tetapi dalam bentuk prediksi yang sesuai dengan prediksi cuaca tentulah masih belum dimungkinkan. Besarnya potensi gempa ini harus dilihat lagi dengan penelitian. Namun yang perlu diketahui lebih lanjut adalah bahwa lokasinya sangat dimungkinkan berdekatan dengan daerah yang padat penduduknya. Inilah yang harus diperhatikan lebih dari sekedar penelitian. Tetapi juga peningkatan kewaspadaan.
Prediksi gempa yang dicita-citakan semestinya memiliki tiga hal yang harus diungkapkan. Ketiga aspek gempa yang ingin diketahui pada shorterm prediction itu adalah sebagai berikut :
Dimana tempatnya. Mencakup area yang cukup sempit.
Efek bencana sangat merusak sekitar radius 10-20 Km ( di Jogja, Padang). Ramalan yang diinginkan untuk resque (penyelamatan) tentusaja yang memiliki akurasi seperti ini.
Seberapa besar kekuatannya. Dalam skala gempa tertentu.
Saat ini yang diketahui besarnya “potensi” yang tersimpan dalam satu segmen. Berapa yang “bakalan” dilepaskan masih belum (susah) diketahui. Bisa sekali besar, bisa kecil-kecil banyak, atau bahkan slow quake (silent quake) ! Dan juga ada satu hal penting adalah berapa kedalaman gempanya.
Kapan terjadinya. Dalam rentang waktu yang memadai.
Periode waktu yang diinginkan tentusaja short term (jangka pendek). Lah kalau sekedar bilang besok akan gempa skala 7.0 di Indonesia, iya “besok” itu kapan ? setahun lagi, dua tahun lagi atau seratus tahun lagi, atau malah besok sore ? Perkiraan detil itu jelas masih bemum mungkin untuk saat ini.
Apakah amaran yang didengung-dengungkan diatas itu dipenuhi dalam predisksi atau hanya melakukan teriakan AWAS KEBAKARAN, padahal dirinya hanya tahu bahwa bahwa “Bensin itu mudah terbakar !! “Jadi bahwa gempa akan datang itu sangat dimungkinkan hanya saja besarnya kekuatan gempa perlu diteliti lebih lanjut. Yang tentunya lebih penting adalah kewaspadaan.
DOH !!
Mbok ya kalau memberitahukan sebuah amaran itu diberikan dengan cara yang mudah dimengerti dan tidak menakut-nakuti, sehingga tidak terkesan buruk.
“Nah, hiya kan Pakdhe, teriakan Jakarta berpotensi gempa 8.7 SR ini hanya pengalihan issue, kan ?”
“MMM anu … eng .. mmpf !”
Salam waspada !
Sumber bacaan/gambar : http://www.rms.com/publications/
http://rovicky.wordpress.com/2011/05/23/potensi-gempa-selat-sunda/
“Pakdhe, Ini cuman pengalihan issue ya ?”
“mmmpfhh !”
Memang semua sudah mengerti tentang plate tectonic, sudah banyak yang ngeh soal patahan, sudah banyak yang sadar bahwa gempa itu penting dan bahkan sudah mengerti kalau bangunan itulah yang membunuh. Tetapi seperti apa sih potensi gempa yang di Selat Sunda ini ?
Gempa yang merembet.
Bahwa gempa itu memicu gempa lainnya tentunya mudah dimnegerti seperti kita menggoyang meja yang berdampingan akan menggeser meja sebelahnya. Seperti itu juga gempa itu mirip seperti itu, hanya saja tidak semudah itu urutannya. Bisa loncat, bolak balik seperti yang pernah dibuat dalam presentasi ditulisan Mengapa Gempa Sulit Diramalkan . Tentusaja model sederhana inipun bukan model yang tepat untuk sebuah rentetan gempa, tetapi mudah dimengerti mengapa meramalkan gempa itu tidak mudah.
Gambar disebelah ini menggambarkan bagaimana rembetan gempa Sumatera 2004 yang dilanjutkan gempa-gempa sebelah selatannya.
Tahun 2004 segment paling utara bergetar hingga melepaskan kekuatan sebesar 9.2 SR pada tanggal Dec 2004. Dilanjutkan pada bulan Juli 2005 dan February 2008, lokasinya semakin keselatan. Dan bahkan tahun 2009 terjadi gempa Padang yang belum tergambarkan dalam peta disebelah ini.
Terlihat gempa seolah merembet dari utara keselatan, namun tentusaja, sekali lagi, bahwa rembetannya tidak mudah diketahui berapa lama lagi dan tidak mudah dimengerti segmen mana yang akhirnya akan bergerak.
Kalau melihat gambar diatas tentunya dengan mudah kita akan menerima kenyataan bahwa gempa di dekat Selat Sunda atau Sumataera Selatan akan tiba saatnya. Hanya saja kapan dimana lokasi episenter serta seberapa besar gempanya tentunya tidak akan diketahui dengan pasti.
Mirip datangnya ajal manusia. Kita harus selalu siap itu saja !!
“Tapi Pakdhe, kenapa dibilangnya Jakarta yg terancam ? Kalau yang ini hanya politis mengalihkan issue ya ?”
“Mmmpfft ..!”
Bahwa akan terjadi gempa sebenernya semua juga tahu. Bahwa Indonesia adalah langganan gempa itu juga sudah dimengerti. Hanya saja, apakah sudah dipersiapkan bila gempa itu datang ?
Yang dapat kita perkirakan tentunya bila gempa selat Sunda ini terjadi, maka kemungkinan besar yang akan terkena dampak lebih parah adalah yang ada didekatnya. Kota-kota sekeliling Selat Sunda lah yang harus lebih bersiap-siap. Kita tahu ada Cilegon dengan segala industrinya. Kita tahu ada pantai wisata disana. Kita juga mengerti adanya pelabuhan serta fasilitas-fasilitas ekonomi lainnya. Nah yang disini ini perlu juga diberikan pengertian kewaspadaan karena lebih dekat jaraknya dari lokasi yang berpotensi menjadi episenter gempa.
“Bentar to Pakdhe, kalau disini ada potensi gempa memang bener, tapi kok dibilangnya sekarang, ini pengalihan issue ya ?”
“Mmmpft .. !”
Potensi gempa itu memang ada
Nah dengan melihat peta diatas saja dapat mudah dimengerti bahwa potensi gempa itu ada. tetapi dalam bentuk prediksi yang sesuai dengan prediksi cuaca tentulah masih belum dimungkinkan. Besarnya potensi gempa ini harus dilihat lagi dengan penelitian. Namun yang perlu diketahui lebih lanjut adalah bahwa lokasinya sangat dimungkinkan berdekatan dengan daerah yang padat penduduknya. Inilah yang harus diperhatikan lebih dari sekedar penelitian. Tetapi juga peningkatan kewaspadaan.
Prediksi gempa yang dicita-citakan semestinya memiliki tiga hal yang harus diungkapkan. Ketiga aspek gempa yang ingin diketahui pada shorterm prediction itu adalah sebagai berikut :
Dimana tempatnya. Mencakup area yang cukup sempit.
Efek bencana sangat merusak sekitar radius 10-20 Km ( di Jogja, Padang). Ramalan yang diinginkan untuk resque (penyelamatan) tentusaja yang memiliki akurasi seperti ini.
Seberapa besar kekuatannya. Dalam skala gempa tertentu.
Saat ini yang diketahui besarnya “potensi” yang tersimpan dalam satu segmen. Berapa yang “bakalan” dilepaskan masih belum (susah) diketahui. Bisa sekali besar, bisa kecil-kecil banyak, atau bahkan slow quake (silent quake) ! Dan juga ada satu hal penting adalah berapa kedalaman gempanya.
Kapan terjadinya. Dalam rentang waktu yang memadai.
Periode waktu yang diinginkan tentusaja short term (jangka pendek). Lah kalau sekedar bilang besok akan gempa skala 7.0 di Indonesia, iya “besok” itu kapan ? setahun lagi, dua tahun lagi atau seratus tahun lagi, atau malah besok sore ? Perkiraan detil itu jelas masih bemum mungkin untuk saat ini.
Apakah amaran yang didengung-dengungkan diatas itu dipenuhi dalam predisksi atau hanya melakukan teriakan AWAS KEBAKARAN, padahal dirinya hanya tahu bahwa bahwa “Bensin itu mudah terbakar !! “Jadi bahwa gempa akan datang itu sangat dimungkinkan hanya saja besarnya kekuatan gempa perlu diteliti lebih lanjut. Yang tentunya lebih penting adalah kewaspadaan.
DOH !!
Mbok ya kalau memberitahukan sebuah amaran itu diberikan dengan cara yang mudah dimengerti dan tidak menakut-nakuti, sehingga tidak terkesan buruk.
“Nah, hiya kan Pakdhe, teriakan Jakarta berpotensi gempa 8.7 SR ini hanya pengalihan issue, kan ?”
“MMM anu … eng .. mmpf !”
Salam waspada !
Sumber bacaan/gambar : http://www.rms.com/publications/
http://rovicky.wordpress.com/2011/05/23/potensi-gempa-selat-sunda/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar