Jumat, 19 Oktober 2012

Baguzt "MasterChef" Merasa Dibuang dari Lingkungan

MESKI tak menjadi pemenang MasterChef Indonesia Season 2, sosok Baguzt membuat pemirsa televisi di Indonesia cukup penasaran. Kisahnya sebelum memilih karier sebagai chef ternyata cukup berwarna.

Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini memilih hidup bersama Bagas, kembarannya, ketika kedua orangtuanya memutuskan berpisah. Mau tak mau, pria yang gemar musik street punk ini berpikir dan berusaha keras demi bertahan hidup.

Selama 15 tahun, Baguzt dan kembarannya hidup di jalanan tanpa bisa merasakan kasih sayang orangtua. Kehidupan di jalanan menjadi penempa lantaran keduanya kerap didera banyak cobaan.

"Saya hidup 15 tahun tanpa orangtua, 15 tahun pula saya enggak pernah dapat kasih sayang dari orangtua. Sekuat mungkin saya lalui bersama Bagas, kembaran saya," jelas Baguzt, kepada Okezone ketika ditemui di acara Jakarta Culinary Festival (JCF) 2012, Grand Indonesia, Jakarta, baru-baru ini.

Setiap hari, keduanya harus terus memutar otak untuk mencari sesuap nasi. Bisa dibilang, hidupnya bak seorang gembel. Padahal, Baguzt lahir dari keluarga berkecukupan, namun sang ayah senantiasa menanamkan nilai kerja keras dan kemandirian untuk bekal hidupnya.

"Keluarga saya turunan ningrat dan angkatan (tentara berpangkat-red), tapi saya tidak pernah mau dibilang anak siapa. Saya adalah saya. Bagi saya, lebih enak hidup rendah hati saja," sambungnya.

Kesukaannya terhadap dunia seni tato seakan membuatnya hanyut dalam kehidupan. Pria yang pernah mengemban ilmu di SHS Surabaya Hotel School jurusan Bartender inipun merasa terbuang dari lingkungannya.

"Selama ini, orang bertato dianggap kriminal, selalu dianggap sebelah mata, saya selalu dilihat rendah. Pikiran negatif selalu ada di benak banyak orang yang melihat saya. Saya selalu merasa hidup terbuang," lanjutnya.

Namun, semua berubah ketika dirinya mengikuti kompetisi MasterChef Indonesia Season 2. Berawal ketika pria yang berencana menikah 2013 ini mengikuti audisi di Banyuwangi, Jawa Timur.

"Karena saya suka masak, mulai timbul ide bagaimana kalau ikut MasterChef, apalagi Season 1 selalu saya ikuti. Motivasinya sih sederhana, cuma mau ketemu Chef Juna,” ujarnya.

Tahap demi tahap berhasil dilaluinya hingga akhirnya terhenti di Top 5. Meski bukan posisi kemenangan yang diinginkan, Baguzt merasa beruntung karena kini dikenal banyak orang.

"Dengan ikut MasterChef, semua berubah. Imej saya yang dulu dan sekarang dilihat berbeda. Tato saya adalah jati diri, bukan buat memperlihatkan kejagoan," tutupnya.
(ftr)
 
http://www.okefood.com/read/2012/10/09/299/701430/baguzt-masterchef-merasa-dibuang-dari-lingkungan 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar